Senin, 13 Oktober 2014

Metode Qiro'ati



Pembelajaran Al-Qur’an Metode Qiro’ati








Disusun oleh :
1. Ani Rizqi Anggraeni
2. Fera Ita Ningrum
3.  Isa Dawud Suhada
4. Agus Santosa

Kelas 3A

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) PAI
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2014

A.    Latar Belakang
            Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, yang diturunkanlewat Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas, membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah,. Sehubungan dengan hal itu muncul ketertarikan masyarakat untuk belajar membaca dan mempelajari Al-Qur'an.
            Dalam mempelajari Al-Qur’an ada beberapa metode yang digunakan seperti dengan metode pembelajaran dengan sorogan, yanbu’a, qiro’ati, dll. Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan metode yang saat ini merupakan metode yang mulai mendapat perhatian dari  masyarakat dengan metode pembelajaran yang dianggap ketat dan terstruktur. Dari opini yang telah ada, metode ini memunculkan anak didik yang baik dalam pelafalan Al-Qur’an, pemahaman bacaan, pemahaman tajwid, dan musykilat ghoribnya.
            Dengan realita ketertarikan masyarakat akan metode ini, penulis akan memaparkan metode pembelajaran Al-Qur’an dengan mengambil tema “Pembelajaran Al-Qur’an Metode Qiro’ati” pada kajian makalah kali ini.
B.     Rumusan Masalah
            Dari pemaparan dalam latar belakang makalah ini, penulis mengidentifikasi beberapa rumusan masalah yang akan di bahas, yakni sebagai berikut :
1.      Bagaimana sejarah munculnya metode qiro’ati?
2.      Apa itu Qiro’ati?
3.      Bagamana prinsip-prinsip dalam qiro’ati?
4.      Siapa saja yang boleh mengajarkan dengan metode qiro’ati?
5.      Bagaimana sistem pengajaran dengan metode qiro’ati?
6.      Apa itu imtas?
C.    Pembahasan
a)      Sejarah munculnya qiro’ati
            Awal mula pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem pengajian yang berada di mushola/langgar, masjid, dan bahkan di rumah-rumah. Sebagian besar metode yang diterapkan yakni dengan menggunakan turutan yang didalamnya berisi Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini merupakan metode yang disusun oleh ulama’ Baghdad, seiring berjalannya waktu khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
            Pada pertengahan tahun 1986 dikalangan umat islam muncul metode yang disusun oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun. Metode ini muncul dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an dengan meneliti dan mengamati pengajian anak-anak di luar daerah.
            Awalnya beliau mengajarkan ngaji  kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan, akan tetapi hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafaal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak ada di mushalla, langgar dan masjid setempat, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
            Berdasarkan rasa ketidak-puasan dengan hasil mengaji dengan kitab turutan, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’.
            Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya.[1]
b)     Pemahaman Qiro’ati
            Metode qiraati adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid[2]. Qiro’ati adalah suatu metode pembelajaran Al-Qur’an yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy metode praktis belajar membaca Al-Qur’an. ini yang tersusun menjadi sepuluh buku. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :
Dalam mengajarkan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:[3]
1.      Materi Pra TK
2.      Jilid I
      Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Alquran. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
3.      Jilid II
            Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I
4.      Jilid III
      Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
5.      Jilid IV
            Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
6.      Jilid V
      Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar
7.      Juz 27
8.      Jilid VI
      Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.
9.      Musykilat ghorib
      Buku Ghorib dan musykilat ini adalah paket untuk TKQ di buat amat sederhana, bukan buku ilmiah ;[4]
a. Ghorib di artikan sebagai ayat-ayat yang tulisan dan bacaannya tidak sama. Di baca mengikuti
Qiro'ahnya Imam 'Ashim riwayat Imam Hafsh.
b. Musykilat di artikan sebagai ayat yang membingungkan, pembaca sering salah meski tulisan dan bacaannya sama
10.  Tajwid
            Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai.
Santri/ anak didik dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan syarat:[5]
1.      Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas
2.      Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA
Ø  Tujuan Metode Qiraati :[6]
·         Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian Al-Quran (dari segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid)
·         Menyebarkan Ilmu Bacaan Al-Quran yang benar dengan cara yang benar
·         Mengingatkan para guru Al-Quran agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran
·         Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Quran


Ø  Target Qiraati
            Murid mampu membaca Al-Quran secara tartil sesuai dengan Kaidah Tajwid yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad Saw. secara mutawatir dengan uraian sebagai berikut:
1.      Makhraj sebaik mungkin
  1. Mampu membaca Al-Quran dengan bacaan yang bertajwid
  2. Mengenal bacaan gharib dan musykilat (bacaan-bacaan yang asing)
  3. Hafal (faham) ilmu tajwid praktis
  4. Mengerti shalat, bacaan dan praktisnya
  5. Hafal surat-surat pendek minimal sampai Surah Adh-Dhuha
  6. Hafal doa-doa pendek
  7. Mampu menulis Arab dengan baik dan benar.
Ø  Aturan Metode Qiraati
1.      Membaca langsung tanpa mengeja
2.      Praktek bacaan bertajwid secara mudah dan praktis
3.      Susunan materi bertahap dan berkesinambungan
4.      Materi disusun dengan “Sistem Modul/Paket”
5.      Banyak latihan membaca (drill)
6.      Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid
7.      Evaluasi setiap pertemuan
8.      Belajar dan mengajar secara “Talaqqi – Musyafahah”
9.      Guru Pengajarnya harus ditashih (Ijasah billisani)
c)      Prinsip Dasar Metode Qiraati
v  Prinsip bagi Guru:[7]
1.      Daktun (tidak boleh menuntun)
            Ustadz-ustadzah menerangkan pokok ajaran, memberikan contoh yang benar menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2.      Tiwasgas (teliti,waspada, dan tegas)
          Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele. Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati ke hati. Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, raguragu atau pun segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif[8].

v  Prinsip bagi Murid:
1.      CBSA+M
          Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tentang bacaan Al-Qur’annya. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.
2.      LCTB
       Lancar Tepat Cepat dan Benar. Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai dengan bacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.

Ø  Filosofi Metode Qiraati :[9]
·         Berikanlah materi secara bertahap, dengan penuh kesabaran
·         Qiro’ati bias diajarkan kepada semua umat islam, tetapi tidak semua boleh mengajar Al-Qur’an dengan Qiro’ati.
d)     Guru pembelajaran Qiro’ati
Syarat menjadi guru qiro’ati :
1.      Lulus Tashih dan Mengikuti Metodologi
2.      Guru harus Tadarus dengan cara menghadiri MMQ baik tingkat cabang ataupun lembaga
            Muncul pertanyaan mengapa seseorang yang akan mengajarkan Qiro’ati harus di tashih ternyata ada maksud dibalik pentashihan. Tashih dari segi bahasa berasal dari kata- يصحح  –  صحح تصحيحا   صحح- yang berarti membetulkan, memperbaiki[10].
            Guru merupakan faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan murid untuk dapat membaca dengan baik dan benar, sehingga seseorang guru haruslah diuji terlebih dahulu kebenaran bacaan Al Qur’annya Tashih seorang guru sebelum mengajarkan Al-Qur’an dengan metode qiro’ati agar dapat diketahui kualitas dalam bacaan Al-Qur’an sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang fatal dalam mengajarkan ilmu membaca Al-Qur’an, untuk menentukan kelayakan seorang guru pengajar Al-Quran, meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an khususnya dengan menggunakan metode qiro’ati.
          Syarat sebelum ditashih adalah peserta harus lulus pra tashih, adapun materi tashih adalah sebagai berikut :
1.      Membaca Al-Qur’an
2.      Ghorib dan Fawatihussuwar
3.      Tajwid
4.      Simak

e)      Strategi Pembelajaran Qiro’ati
          Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam strategi. Dalam metode qiro’ati tentu sistem yang diterapkan berbeda dengan metode yang lain.
Adapun system pengajaran Al-Qur’an dengan metode qiro’ati adalah sebagai berikut:[11]
v  Strategi mengajar secara umum (global) :
·          Individual atau privat atau sorogan
       Anak didik bergiliran membaca satu persatu,satu atau dia halam sesuai dengan kemampuan
·          Klasikal –Individual
       Sebagian waktu digunakan pendidik untuk menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman dan sebagian lagi untuk individu atau sorogan
·          Klasikal –baca simak
       Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.
v  Strategi secara umum (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut  :
5.      Pendidik harus menekan kelas,dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua anak didik sampai semuanya tenang,kemudian mengucapkan salam dan membeca doa iftitah.
6.      Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (doa- doa harian,bacaan shalat,do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya)
7.      Usahaan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu
8.      Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkaan dengan sarana prasarana yang ada.
9.      Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh,baik terhadap anak yang maju membaca mauupun yang lainnya
10.  Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka pendidik harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
11.  Motivasi berupa  himbauan da pujian sangat penting bagi anak terutam anak Pra TK .aak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tetapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis ,didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik
12.  Pendidik  senantiasa menanti kritikan yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas
13.  Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin
14.  Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a.       Pra taman kanak- kanak :10 anak
b.      Jilid I :15 anak
c.       Jilid II s/d Al-Qur’an :20 anak
15.   Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat-alat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas antara lain :
a)      Buku data anak didik
b)      Buku absensi anak didik
c)      Kartu/catatan prestasi anak didik (dipegang anak didik)si anak didik (dipegang pendidik)
d)     Catatan prestasi

f)       IMTAS
      Imtas (Imtihan Akhir Santri/ Ujian Akhir Santri) adalah kegiatan yang dilakukan oleh Korcab Metode Qiraati untuk  mengetahui keberhasilan kegiatan belajar mengajar Metode Qiraati di setiap lembaga sebagai evaluasi kegiatan KBM tersebut dalam bentuk ujian bersama.
Ketentuan umum IMTAS:[12]
1.      IMTAS diadakan 2X dalam 1 tahun (Periode Muharram dan periode Rajab)
2.      Ada surat pemberitahuan ke lembaga-lembaga
3.      Sebelum peserta diikutkan IMTAS sebaiknya di Pra IMTAS oleh Kepala Lembaga
4.      Pra IMTAS dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan IMTAS
5.      Peserta IMTAS adalah yang dinyatakan lulus oleh Lembaga
6.      Lembaga pengguna Qiraati yang telah berdiri lama sesegera mengirimkan peserta IMTASnya (minimal 2 tahun sejak ditetapkan)
7.      Lembaga pengguna Qiraati yang baru harus mengirimkan peserta IMTASnya selambat-lambatnya 3 tahun sejak berdiri
8.      Lembaga Non Formal (mis: SDIT) aturan IMTASnya mengikuti Lembaga Formal (mis: TPQ)
9.      Materi yang diujikan: materi pokok dan materi tambahan
10.  Materi pokok: Fashohah, tartil, Ghorib dan Tajwid. Materi tambahan: Sholat, Surat-surat pendek, doa-doa harian, wudhu

D.    Penutup
            Metode qiro’ati adalah metode praktis pembelajaran Al-Qur’an yang dirintis oleh Ust. Dahlan Salim Zarkasi atas berkat rahmat dan inayah Allah SWT. Metode qiro’ati tersusun atas 10 buku, yang sudah penulis jabarkan pada pembahasan awal. Qiro’ati tidak hanya mengajarkan pembelajaran Al-Qur’an saja tapi juga ada materi tentang Sholat, Surat-surat pendek, doa-doa harian, wudhu yang memberi bekal dasar pada setiap santrinya.
            Metode qiro’ati cocok untuk diterapkan pada siapa saja bagi yang mau mengikuti aturan dari metode qiro’ati, yang mana metode ini terkenal sangat terstruktur, disiplin, dan ketat. Namun dengan terstrukturnya aturan yang ada dalam metode qiro’ati memunculkan tamatan qiro’ati yang tidak diragukan kualitas bacaan dan pemahamannya tentang bacaan yang ada dalam Al-Qur’an .





Daftar Pustaka
Echayank, Metode Qiro’ati, http://wallpapercartoonmuslimah.blogspot.com/2013/11/metode-qiroati.html, 29 September 2014
Hasil wawancara dengan ibu kholifah guru qiro’ati krasak
Arekkemalangan, Belajar Membaca Al-Qur'an Methodologi Qiro'ati

TPQ Al-Ikhlas,2004 , Manajemen dan Metodologi Pengajaran Al-Qur’an Metode Qiro’ati

Qiro’at Pati , MEMAHAMI QIRAATI, http://qiraatipati.wordpress.com/about/memahami-qiraati/, 29 September 2014


[1] Echayank, Metode Qiro’ati, http://wallpapercartoonmuslimah.blogspot.com/2013/11/metode-qiroati.html, 29 September 2014
[3] Hasil wawancara dengan ibu kholifah guru qiro’ati Krasak
[4]Ummu Laila, OLEH-OLEH PEMBEKALAN METHODOLOGI QIRO'ATI

[5] Qiraat Pati, PENERAPAN METODE QIRO’ATI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN

[6]Arekkemalangan, Belajar Membaca Al-Qur'an Methodologi Qiro'ati
[7] Op cit, wawancara tgl 2 oktober 2014
[9] TPQ Al-Ikhlas, Manajemen dan Metodologi Pengajaran Al-Qur’an Metode Qiro’ati, hlm. 2
[10] Qiro’at Pati , MEMAHAMI QIRAATI, http://qiraatipati.wordpress.com/about/memahami-qiraati/, 29 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar