Minggu, 05 Oktober 2014

Metode iqro' & yanbu'a



METODE PEMBELAJARAN AL – QUR’AN SECARA UMUM
Yang diampu oleh Bp. Abdullah Ma’sum, Alh., S.Pd.I




logo_unsiq.jpg




Disusun Oleh :
Umi Trianingsih
Muzdalifah
Tri Manunggal R.
Mujiyatun
( PAI 3A )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN ( FITK )
UNIVERSITAS SAINS AL – QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2014

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Salah satu aspek pendidikan agama yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini sebagai pedoman dasar kehidupannya di   dunia dan di  akhirat adalah membaca Al-Qur’an. Pendidikan Pembelajaran Al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode. Seperti metode Iqra’, metode Tartil, metode Al-Baghdadi, qiro’ati, yanbu’a, al – barqi, an – nur  dan lain-lain. Pemilihan metode dan strategi yang baik, praktis, efektif dan efisien dapat meningkatkan keberhasilan suatu program pengajaran. Nah dalam kesempatan ini kami akan menerangkan sedikit tentang pembelajaran AL – Qur’an yang umum di gunakan pada saat ini yaitu metode iqro’ dan metode yanbu’a. Diantara keduanya tentu ada perbedaan  dan mungkin juga ada persamaan. Nah nanti kita akan mengetahui setelah kita mengetahui apa c metode iqro’ itu? Apa metode yanbu’a itu? Bagaimana cara membaca dengan metode itu?
B.     Rumusan Masalah
a.      Apa yang dimaksud pembelajaran Al – Qur’an dengan metode iqro’?
1.      Sejarah Timbulnya metode Iqro’
2.      Tingkatan Dalam Metode Iqro’
3.      Jilid Dalam Metode Iqro’
4.      Bentuk – Bentuk Pengajaran Dalam Metode Iqro’
5.      Prinsip – Prinsip Metode Iqro’
6.      Jenjang Pembelajaran Metode Iqro’
7.      Pelaksanaan Metode Iqro’
8.      Kelebihan Metode Iqro’
9.      Kelemahan Metode Iqro’
b.      Apa yang dimaksud pembelajaran Al –Qur’an dengan metode yanbu’a?
1.      Sejarah Timbulnya Yanbu’a
2.      Tujuan Metode Yanbu’a
3.      Tulisan Dalam Metode Yanbu’a
4.      Siapa Yang Bisa Menggunakan Metode Yanbu’a?
5.      Siapa Yang Dapat Mengajar Dengan Metode Yanbu’a?
6.      Cara Belajar Metode Yanbu’a
7.      Cara Mengajar Metode Yanbu’a
8.      Kelebihan Metode Yanbu’a

PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Al – Qur’an dengan metode Iqro’
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsHyuFotya5BnuRXgw-8HtppT47M6yTiv4yN2K6nFdEsxFfJoQ7Z8QguC6X65Pn47eeSu6FunofDjXoHpDcaD7dZtBP9Wct0vpH-RtGDJJt1CRDJ1vSugwIWaIOH5xN1-fW1Eu4oOQHBY/s1600/buku+iqro+1-6.png
1.      Sejarah Timbulnya metode iqro’
     Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur’an. Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca.[1] Metode Iqro’ adalah metode pembelajaran membaca huruf-huruf hijaiyah dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa makna dan tanpa lagu dengan tujuan agar pebelajar dapat membaca Al Qur’an sesuai dengan kaidahnya.[2]
2.      Metode iqro’ memiliki beberapa tingkatan yaitu :
·         TKA/TPA
·         TKAL/TPAL
·         TQA
·         kursus tartil Qur’an
·         keterpaduan BKB-TKA/TPA
·         Iqro’ klasikal di sekolah
·         diklat ustadz
·         kursus seni baca Al Qur’an. Untuk pembelajaran ilmu tajwid ada pada jenjang TKAL/TPAL.
 Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.[3]
3.      6 jilid dalam metode Iqro’ antara lain :
·         Jilid 1, disajikan kepada pelajar yang sama sekali belum mengenal huruf hijaiyah.
·         Jilid 2, pelajar mulai menyempurnakan bacaan. Pelajar bisa membaca huruf-huruf sambung.
·         Jilid 3, pelajar sudah diperkenalkan harakat kasrah ( ِ), dhamah ( ُ), dan sukun ( ْ).
·         Jilid 4,pelajar sudah diperkenalkan dengan harakat tanwin ( ًٌٍ).
·         Jilid 5 pelajar diperkenalkan bacaan Alif-lam qamariyah, tanda wakaf, mad far’i, alif lam samsiyah, lafal jalalah, dan idgham.
·         Jilid 6, pelajar tidak mengenal istilah-istilah dalam ilmu Tajwid seperti; ikhfa, idhar, iqlab dan lainnya.[4]
4.      Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
1.   TK Al-Qur’an
2.   TP Al-Qur’an
3.   Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
4.   Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
5.   Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
6.   Digunakan di majelis-majelis taklim
5.      Prinsip-prinsip Metode Iqro’
     Buku Iqro’ ini terbukti telah sanggup mengantarkan anak-anak usia TK, sampai orang tua (usia lanjut) mampu membaca Al Qur’an dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara lama (Baghdadiyah). Fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa buku Iqro’ disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)At-thariqah As-shoutiyah
     Langsung dibaca atau langsung diajarkan menurut bunyi suaranya. Maka Alif bukan dijabarkan namanya ini huruf ’Alif’ melainkan diajarkan bunyi suaranya ’a’ bagi yang bertanda  fathah, i’ bagi yang bertanda kasrah dan ’u’ bagi yang bertada dhamah. Pelajar dapat membaca bunyi huruf hijaiyah, karena menekankan sistem membaca langsung atau membaca huruf yang sudah diberi tanda baca. Pelajar dapat membaca huruf Al Qur’an secara langsung, dengan tidak diuraikan atau dieja. Ditinjau dari segi psikologi belajar, nampaknya At-thariqah As-shoutiyah lebih mudah dilakukan anak-anak, karena proses berfikir yang lebih sederhana, lebih singkat dan mengurangi verbalitas.
2)At-thariqah Tadaruj
     Berangsur-angsur, TKA/TPA ini masuk 6 kali dalam 1 minggu, tiap kali masuk memakan waktu 60 menit, diperuntukkan: pembukaan, 05 menit (salam dan do’a); klasikal I, 10 menit (hafalan); privat, 30 menit (belajar buku Iqro’); klasikal II, 10 menit (bermain, cerita dan menyanyi); penutup, 05 menit (do’a dan salam). Pembagian waktu di atas dapat diketahui bahwa untuk pelajaran membaca (belajar membaca Iqro’ jilid 1-6) dilakukan secara privat. Karena prinsip yang berangsur-angsur tersebut,  maka anak usia TK akan dapat mempelajari buku Iqro’ ini dengan pelan-pelan bertahap dan tanpa ada perasaan tertekan. terlebih bila melihat bahwa buku Iqro’ disusun dalam buku kecil yang tipis dengan sampul yang warna-warni, maka bukan perasaan tertekan dalam diri anak tetapi justru tumbuh perasaan sense of success.
3)At-thariqah Riyadlotuil Athfal
Riyadlotuil Athfal adalah suatu prinsip dalam pembelajaran yang diutamakan belajar dari pada mengajar, dengan kata lain pembelajaran yang menekankan keaktifan pelajar secara fisik, mental, intelektual dan emosional. Pembelajaran semacam ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil belajar, yang merupakan perpaduan tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prinsip ini memang sangat penting, dalam pembelajaran buku Iqro’ seorang pembelajar hanya diperkenankan menerangkan dan memberikan contoh bacaan yang tercantum dalam pokok bahasan, sedangkan bacaan pada lembar kerja yang digunakan sebagai latihan pelajar, pendidik tidak boleh ikut membacakan atau menuntunnya. Pelajarlah yang dituntut untuk aktif membacanya, dan pendidik  hanya bertugas menyimak dan memberi motivasi, koreksi dan komentar-komentar seperlunya. Kalau ada kesalahan pendidik, cukup dengan mengingatkan misalnya; “eee…iss. ” dan lain sebagainya, tidak diperkenankan untuk membacakan. Apabila pebelajar membaca benar beri motivasi misalnya; “betul”, “terus”, “he-eh” dan lain sebagainya.
4)At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat
At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat adalah pembelajaran berorentasi pada tujuan, bukan kepada alat yang dipergunakan untuk mecapai tujuan itu. Dengan demikian yang dipentingkan adalah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan yang hendak dicapai adalah ”pelajar bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada.” Mengenai kemampuan mengenal nama-nama huruf, kemampuan mengeja, mengetahui ilmu tajwid adalah termasuk alat untuk tercapainya tujuan tersebut. Karena itu penguasaan pelajar terhadap alat cukup sekedarnya saja. Tujuan pembelajaran itu dapat tercapai dengan melakukan latihan-latihan membaca. Latihan ini dimaksud untuk memberikan penguatan. Pembelajaran membaca dengan latihan-latihan dikenal dengan metode assosiasi atau pengulangan yang dimaksudkan untuk memperkuat tanggapan pebelajar. Menurut Zuhairini (1983) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam metode pengulangan dipakai untuk melatih dalam pembelajaran membaca Al Qur’an. Menurut Wirjodijoyo (1989)  bahwa latihan-latihan penguatan yang masing-masing menyumbang pada penguasaan belajar, secara rinci dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: (1) latihan intensif: latihan keaktifan yang segera mengikuti pembelajaran dan digunakan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan ingatan dengan segera; dan  (2) latihan teraturan: keaktifan yang dilakukan secara berkala untuk menjamin apa yang dipelajari pebelajar tetap dikuasai.
5)At-Thariqah Bimuraa-a’til Listi’daadi Wal-thabiiy
Pembelajaran itu harus memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi dan watak pelajar. Pembelajaran yang tidak memperhatikan masalah ini akan menjadi pemaksaan yang bisa mengakibatkan berantakannya usaha pembelajaran secara keseluruhan jika peserta didik belum siap menerima suatu materi pembelajaran, karena belum menguasai materi-materi yang menjadi prasyarat bagi materi yang baru. Prinsip buku Iqro’ ini nampak pada sistem penyusunannya. Oleh penyusunnya, nampak sekali buku Iqro’ ini telah diperhitungkan dengan cermat, sehingga tidak terjadi loncatan-loncatan yang tidak sistematis. seetiap pelajar harus tunduk mengikuti tertib jilil yang telah ditentukan, tidak boleh meloncat-loncat.
6.      Jenjang Pembelajaran Metode Iqro’
Pembelajaran menurut metode Iqro’ memiliki delapan jenjang, yakni:
(1) TKA/TPA;
 (2) TKAL/TPAL;
 (3) TQA;
(4) kursus tartil Qur’an;
(5) keterpaduan BKB-TKA/TPA;
(6) Iqro’ klasikal di sekolah;
 (7) diklat ustadz;
(8) kursus seni baca Al Qur’an. Untuk pembelajaran ilmu tajwid ada pada jenjang TKAL/TPAL.
     Tingkat TKA/TPA, pebelajar ditargetkan menyelesaikan 6 jilid buku Iqro’. Pada tahap TKAL/TPAL, pelajar sudah mampu membaca Al Qur’an dengan benar dan lancar (sesuai dengan kaidah tajwid). Pada tingkat TQA, pelajar ditargetkan mampu membaca Al Qur’an dengan benar dan lancar dan memahami isi Al Qur’an dan mengamalkannya. Kursus tartil Al Qur’an, menyiapkan para ustadz, da’i, imam, khatib dan sebagainya. Keterpaduan BKB adalah mempersiapkan ibu-ibu untuk dapat mendidik anak-anaknya sendiri dalam membaca Al Qur’an. Iqro’ klasikal di sekolah, bermaksud menerapkan buku Iqro’ di sekolah formal. Diklat ustadz, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas para pembelajar/ustadz. Kursus seni baca Al Qur’an, mencetak Qori/Qori’ah berkualitas, mantap serta memiliki dasar-dasar ilmu seni baca Al Qur’an.[5]
7.      Pelaksanaan Metode Iqro’
Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu memiliki metode tersendiri, namun secara umum metode pelaksanaan pembelajran untuk membuka pembelajran itu sama, seperti niat, berdoa, berwudhu dan lain-lain, namun dalam kegiatan intinya yang memiliki teknik masing-masing yang berbeda setiap metode pembelajaran.
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangusng melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.   Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya.
2.   Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/uztadzah demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk mengajarkan makhorijul huruf serta menhindari kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk melihat apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya atau belum.
3. Ath Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu ustadz/ustadzah harus menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif
4. Ath thriqah bis Sual Limaqoo Shidit Ta’limi, yaitu ustadz/ustadzah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan santri menjawab atau ustadz/ustadzah menunjuk bagian-bagian huruf tertntu dan santri membacanya.[6]
Adapun upaya yang dilakukan dalam meningkatkan perhatian sekaligus menghilangkan kejenuhan anak dalam belajar membaca Al-Qur'an antara lain dilakukan pengelompokan-pengelompokan. Dalam hal ini ada 3 (tiga) kelompok atau bentuk pengajian berdasarkan tingkat kemampuan santri, yaitu:
  1. Kelompok Dasar, yaitu mereka yang belum kenal atau baru kenal sebagian huruf hijaiyah. Pelajaran diberikan dari awal.
  2. Kelompok lanjut, yaitu mereka yang mengenal semua huruf namun masih sulit dalam membaca huruf sambung dan membedakan panjang pendek. Maka pelajaran ini dimulai pada pertemuan V
  3. Kelompok tadarrus, yaitu mereka yang sudah mampu membaca Al-Qur'an namun perlu bimbingan untuk meningkatkan kefasihan serta pendalaman materi ilmu tajwid. Untuk kelompok ini panduannya dibuat sendiri (10 kali pertemuan / paket tadarrus).
Ketiga langkah itulah anjuran buku Iqra' agar sedapat mungkin diindahkan oleh setiap ustadz maupun ustadzah demi meningkatkan perhatian dan menghilangkan rasa kejenuhan anak dalam belajar dan membaca Al-Qur'an.[7]
8.      Kelebihan metode iqro’ :
a)      Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
b)      Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
c)      Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
d)     Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
e)      Bukunya mudah di dapat di toko-toko.[8]
f)       Terdiri dari 6 jilid
g)      Adanya rambu-rambu penyajian materi pelajaran.
h)      Sistem pembelajaran dengan metode Iqro’ diawali pembukaan,dan diakhiri dengan do’a dan salam dengan batasan waktu tertentu.[9]
i)         Setiap jilid oleh penulisnya disertai petunjuk cara mengajarkannya
j)        Petunjuk mengajar jilid 1 berlaku pula untuk jilid 2, demikian pula seterusnya smpai jilid 6.
k)      Materi jilid 1 bacaan langsung, tidak diurai atau dieja.
l)        Setelah mengenal huruf-huruf Hijaiyyah, langsung dikenalkan dengan huruf sambung.
m)    Sudah dikondisikan mengenal ayat-ayat Al Qur’an walaupun hanya potongan-potongan ayat;
n)      Dilengkapi dengan pelajaran tajwid.[10]
9.      Kekurangan Metode Iqro’ :
  1. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
  2. Tak ada media belajar
  3. Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.[11]














B.     PEMBELAJARAN AL – QUR’AN METODE YANBU’A
yanbua+2
http://darulquransubang.files.wordpress.com/2011/06/yanbua1.gif?w=645

1.      Sejarah timbulnya YANBU'A
     Timbulnya YANBU’A dari usulan dan dorongan Alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok disamping usulan dari masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma’arif serta Muslimat terutama dari Cabang Kudus dan Jepara. pihak pondok sudah menolak, karena menganggap cukup metode yang sudah ada, tapi karena desakan yang terus menerus dan memang dipandang perlu, terutama untuk menjalin keakraban antara alumni dengan pondok serta untuk menjaga dan memelihara keseragaman bacaan, maka dengan tawakkal dan memohon pertolongan kepada Allah tersusun kitan YANBU’A yang meliputi Thoriqoh Baca-Tulis dan Menghafal Al Qur’an.
2.      Tujuan metode yanbu’a
a.      Secara umum metode yanbu’a mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.    Ikut andil dalam mencerdaskan anak Bangsa supaya bisa membaca Al Qur’an dengan lancar dan benar.
2.    Nasyrul Ilmi ( menyebarluaskan Ilmu ) khususnya ilmu Al Qur’an.
3.    Memasyarakatkan Al Qur’an dengan Rosm Utsmany.
4.    Untuk membetulkan yang salah dan menyempurnakan yang kurang.
5.    Mengajak selalu bertadarus Al Qur’an dan musyafahah Al Qur’an sampai khatam.
Dan perlu diingat bahwa YANBU’A adalah sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan, bukan sebagai tujuan.
b.      Adapun tujuan metode Yanbu'a secara khusus antara lain:
1.      Dapat membaca al-Quran dengan tarti
2.      Mengerti bacaan shalat dan gerakannya
3.      Hafal surat-surat pendek
4.      Hafal doa-doa
5.      Mampu menulis Arab dengan baik dan benar.
      Kurikulum dalam metode Yanbu’a merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan penghayatan dalam proses pembelajaran. Kurikulum metode Yanbu'a isinya disusun guna mengembangkan potensi anak usia dini (pra-sekolah) disesuaikan menurut umur dan tingkatannya dimulai jilid I, II, III, IV, V, VI dan VII, dalam setiap jilid memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda.[12]
3.      Tulisan Metode Yanbu’a
a)      Tulisan disesuaikan dengan Rosm Utsmany.
b)      Contoh – contoh huruf yang sudah gandeng semuanya dari Al Qur’an
4.      Siapa Yang Bisa Menggunakannya Metode Yanbu’a?
Semua ummat yang ingin bisa membaca Al Qur’an dengan lancar dan benar.
5.      Siapa Yang Bisa Mengajar YANBU’A?
a.                  YANBU’A bisa diajarkan oleh :
Orang yang sudah bisa membaca Al Qur’an dengan lancar dan benar.
b.                  Al Qur’an bisa diajarkan oleh :
Orang yang sudah Musyafahah Al Qur’an kepada Ahlil Qur’an.
6.      Cara belajar Al Qur’an metode yanbu’a
Yang biasa disebut Musyafahah  ialah  ada  tiga macam :
1.    Guru membaca dulu kemudian murid menirukan.
2.    Murid membaca,guru mendengarkan bila ada yang salah dibetulkan.
3.    Guru membaca murid mendengarkan.
Tapi untuk  imam qurro’ tak ada seorangpun yang belajarnya hanya mendengarkan, karena yang dimaksud belajar adalah supaya bisa mengucapkan dengan betul, sedangkan setiap orang yang mendengarkan bacaan gurunya belum tentu bisa mengucapkan sebagaimana bacaan tersebut.[13]
7.      Cara Mengajar Yanbu’a
1.      Guru menyampaikan salam sebelum kalam dan jangan salam sebelum murid tenang.
2.      Guru membacakan chadlroh kemudian murid membaca fatihah dan do’a pembuka.
3.      Guru berusaha supaya anak aktif mandiri (CBSA).
4.      Guru jangan menuntun bacaan murid tapi membimbing dengan cara :
a.       Menerangkan pokok pelajaran (yang bergaris bawah)
b.      Member contoh yang benar.
c.       Menyimak bacaan murid dengan sabar, teliti, dan tegas.
d.      Menegur bacaan yang salah dngan isyarat, dan bila sudah tidak bias baru ditunjukkan yang betul.
e.       Bila anak sudah lancer dan benar guru menaikkan hlaman 1 sampai dengan beberapa halaman, sesuai kemampuan murid.
f.       Bila anak belum lancer dan benar jangan menaikkan dan harus mengulang.
g.      Waktu belajar 60 – 75 menit.
8.      Kelebihan Metode Yanbu’a
1.      Tulisan disesuaikan dengan Rosm Utsmaniy
2.      Contoh – contoh huruf yang sudah dirangkai semuanya dari Al – Qur’an
3.      Tanda baca dan waqof diarahkan pada tanda – tanda yang dirumuskan oleh ulama’ salaf.
4.      Ada tambahan tanda baca untuk mempermudah mebaca dan mengingatnya.[14]






PENUTUP
C.    KESIMPULAN
     Dalam mempelajari atau belajar membaca Al – Qur’an terdapat banyak sekali metode yang digunakan, diantaranya yang telah kita bahas yaitu metode iqro’ dan metode yanbu’a ternyata diantara keduanya terdapat perbedaan. Metode iqro’ yang menekankan langsung pada latihan membaca al – qur’an dengan fasih dan benar. Sedangkan metde yanbu’a yaitu membaca Al-Qur’an yang benar, mulai dari huruf hijaiyah, tempat keluarnya huruf atau makhroj, tanda baca wakof serta bacaan-bacaan yang terdapat pada Al-Qur’an atau tajwid. Semoga apa yang telah kita bahas dapat memberi manfaat untuk kita semua amin ya robbal’alamin.

DAFTAR PUSTAKA


2 komentar: