Minggu, 12 Oktober 2014

Metode Amstilati dan Tamyiz




PEMBELAJARAN AL QUR’AN DENGAN METODE AMSTILATI DAN TAMYIZ
Makalah Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliyah Pembelajaran Al Qur’an
Yang diampu Oleh Bapak Abdullah Ma’sumS.Pd.IAlh.



Di SusunOleh :
1.      Muhammad IslakhulAsror
2.      AbduraoufLutfi
3.      Nurhayati
4.      Mufti NafiatulUlum
5.      KukuhFatmalasariUtami

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2014


BAB I
PENDAHULUAN

        I.            Latar Belakang
Setiap agama memiliki kitab suci, begitu pula dengan agama islam yang memiliki kitab suci yang paling agung dan mulia yang dijadikan salah satu pedoman bagi seluruh umat manusia. Kitab suci tersebut adalah al- qur’an yang di turunkan secara berangsur-angsur kepada nabi agung Muhammad Saw. Al quran adalah kalam Allah yang barang siapa membacanya bernilai ibadah. Tidak ada satupun kitab yang lebih baik dari al-quran. . Dilihat dari bahasa yang digunakan adalah bahasa dimana nabi Muhammad berada, yaitu bahasa Arab dan dengan sistematik yang sangat indah.
Al-Qur’an selain sebagai pedoman juga sebagai petunjuk yang berisi perintah dan larangan dalam beribadah sehari-hari. Untuk mengetahui kandungan dalam Al-Qur’an maka harus mengetahui bahasa arab terlebih dahulu, karena jarang sekali orang yang mengetahui bahasa arab maka di Indonesia banyak sekali metode-metode untuk mempelajari Al-Qur’an, mulai dari metode pembelajaran Al-Qur’an konvensional yaitu dengan turutan dan sorogan, metode pembelajaran al-qur’an dengan cepat yaitu dengan al barqi dan al-nur, metode pembelajaran al-qur’an terstruktur seperti qiroati dan sebagainya. Dan yang tidak kalah ketinggalan juga, pada zaman yang serba elektronik ini Al-Quran juga memiliki metodenya seperti 0n-line, pen digital dan sebagainya. Dan tidak kalah pentingnya ketika kita bisa membaca Al Qur’an dengan mengetahui maknanya yaitu metode Amstilati dan Tamyiz.
Begitu banyak metode dalam mempelajari Al-Quran, dan disini kami akan membahas tentang system pembelajaran Al-Qur’an dengan makna amsilati dan tamyis. Dimana kita tahu bahwa metode ini kebanyakan digunakan pondok pesantren dalam membaca kitab kuning atau arab gundul. Memang kitab kuning bukan sebagian dari Al-Qur’an melainkan kitab yang dikarang oleh ulama-ulama terkenal. Namun dengan latar belakang menggunakan huruf arab maka diperlukanlah metode yang disebut amsilati dan tamyis tersebut.


    II.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana memahami Al Quran dengan makna Amsilati ?
2.      Bagaimana memahami Al Quran dengan makna Tamyiz ?
3.      Bagaimana perbedaan dan persamaan metode Amstilati dengan Tamyiz ?


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Memahami Al Quran Dengan Makna Amsilati
Metode Amsilati pertama kali di bentuk oleh Taufiqul Hakim, seorang kiai muda, untuk menyusun metode pembelajaran kitab kuning secara cepat, tepat, dan menyenangkan. Metode itu diberi nama Amtsilati yang terinspirasi dari metode belajar cepat membaca Al-Quran, yakni Qiroati. Hal ini terinspirasi dari pendapat banyak orang yang menyatakan bahwa belajar bahasa arab itu sulit, bahkan banyak yang ketakutan bahwa bahasa arab adalah bahasa tersulit di dunia. Karena dalam bahasa arab seseorang harus belajar ilmu nahwu dan sharaf  yang menegangkan syaraf karena satu kata dibolak-balik menjadi puluhan kata.

A.    Sejarah ditemukannya metode Amtsilati.
Ada yang berlebihan menyebut bahasa Arab sebagai bahasa surga. Akan tetapi melihat huruf-huruf yang kelihatan ruwet dalam kitab-kitab kuning atau kitab gundul itu orang menjadi ngeri. Yang menakutkan lagi, jika orang ingin bisa berbahasa Arab harus mengeram berlama-lama di pesantren, sampai tua dan tidak sempat menikah. Orang harus belajar ilmu nahwu, memutar-mutar harakat sampai ngelu; harus belajar ilmu sharaf yang menegangkan saraf, satu kata dibolak-balik menjadi puluhan kata, puluhan makna. Banyak yang ketakutan bahwa bahasa Arab adalah bahasa tersulit di dunia.
Hal itulah yang menginspirasi Taufiqul Hakim, seorang kiai muda, untuk menyusun metode pembelajaran kitab kuning secara cepat, tepat, dan menyenangkan. Metode itu diberi nama Amtsilati yang terinspirasi dari metode belajar cepat membaca Al-Quran, yakni Qiroati. Jika dalam metode Qiroati orang bisa belajar membaca Al-Quran dengan cepat, maka dengan metode Amtsilati orang akan dapat membaca dan memahami kitab gundul-kitab tanpa harakat, kenapa tidak!! Terbetiklah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh dari saya yang sesuai dengan akhiran -ti dari Qiroati. Mulai tanggal 27 Rajab 2001, KH. Taufiqul Hakim merenung dan bermujahadah, dimana dalam thoriqoh ada doa khusus, yang jika orang secara ikhlas melaksanakannya, insya Allah akan diberi jalan keluar dari masalah apapun oleh Allah dalam jangka waktu kurang dari 4 hari. Setiap hari saya lakukan mujahadah terus-terusan sampai tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan Nuzulul Quran.Saat mujahadah, kadang KH. Taufiqul Hakim ke makam Mbah Ahmad Mutamakin. Di situ kadang seakan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad Bahauddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam keadaan setengah tidur dan setengah sadar. Hari itu seakan-akan ada dorongan kuat untuk menulis. Siang malam saya ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan. Amtsilati tetulis hanya sepuluh hari. Kemudian diketik komputer oleh Bapak Nur Shubki, kang Toni dan kang Marno. Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati memakan waktu hampir 1 tahun. Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Sebagai follow up terciptanya Amtsilati, kami gelar bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jepara, tanggal 16 juni 2002 diprakarsai Bapak Nur Kholis. Sehingga timbullah tanggapan dari peserta yang pro dan kontra. Diceritakan, Salah satu dari peserta bedah buku di Jepara kebetulan mempunyai kakak di Mojokerto yang menjadi pengasuh Pesantren. Beliau bernama KH. Hafidz pengasuh pondok pesantren Manbaul Quran. Beliau berinisiatif untuk menyelenggarakan pengenalan sistem cepat baca kitab kuning Metode Amtsilati, tanggal 30 Juni 2002. untuk acara tersebut Bapak H. Syauqi Fadli sebagai donatur, menyarankan agar dicetak 1000 set buku Amtsilati dan sekaligus untuk acara Hubbur Rosul di Ngabul Jepara. Dari Mojokertolah dukungan mengalir sampai ke beberapa daerah di Jawa Timur melalui forum yang digelar oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, Jember, dan Pamekasan Madura. Sampai saat ini Amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa, bahkan sudah sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan Alhamdulillah telah dikenal di luar negeri, seperti Malaysia.
Dalam waktu 4 tahun kitab amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5 juta exemplar. Kitab Amtsilati pertama kali digandakan dengan mesin foto copy. Hasil penjualannya dipakai untuk menggandakan Amtsilati di mesin percetakan. Kemudian, hasil penjualan selanjutnya digunakan untuk membeli mesin cetak sendiri. Setiap kali cetak sejumlah 5000 ekslempar. Pegawai percetakan adalah masyarakat sekitar, termasuk ibu-ibu rumah tangga.
Metode ini berkembang sangat berpenagruh dari penggagas metode ini yaitu KH. Taufiqul Hakim. Taufiqul Hakim lahir pada 14 Juni 1975 di Sidorejo RT. 03 RW. 12 Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Dia adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dia bukan keterunan kiai atau bangsawan. Ayah dan ibunya hanya petani. Dari tujuh bersaudara hanya dia yang berprofesi sebagai seorang guru, dan saat ini dia dikenal sebagai kiai. Hal yang paling disesalinya adalah ketika ayahnya meninggal, dia tidak sempat ikut mengantarkan jenazah ayahnya karena harus menyelesaikan tugas belajar. Dia adalah alumnus Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Pati. Ketika menjadi siswa di Matholiul Falah, dia juga nyantri di Pondok Pesantren Maslakhul Huda Kajen, yang diasuh oleh Rais Aam PBNU KH. MA. Sahal Mahfudh. Pada tahun yang sama dia nyantri di Popongan Klaten, belajar Thariqah an-Nagsabandiyah dibimbing oleh KH. Salman Dahlawi, dan dinyatakan lulus setelah belajar selama 100 hari. Selain sibuk mengajar dan mengisi pelatihan-pelatihan Amtsilati di berbagai kota di Indonesia dia juga tetap produktif menulis. Di antara karyanya adalah Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati jilid 1-5; Qaidati: Rumus dan Qaidah, Shorfiyah: Metode Praktis Memahami Sharaf, Tatimmah: Praktek Penerapan Rumus 1-2, Khulashah Alfiyah Ibnu Malik, Aqidati: Aqidah Tauhid, Syariati: Fiqih, Mukhtarul Hadits 1-7, Muhadatsah, Kamus At-Taufik 587 halaman, Fiqih Muamalah 1-2, Fiqih Jinayat, Fikih Taharah, Fikih Munakahat, Fikih Ubudiyah 1-2, dan beberapa kitab lainnya. Sudah ada sekitar 30 buku, dan masih terus menulis. Pesantren Darul Falah yang dipimpinnya kini membimbing tidak kurang dari 650 santri.
Santri Darul Falah ada dua kategori: santri tetap dan santri kilatan. Santri tetap harus mengikuti semua aturan yang ada dalam program Amtsilati, sementara santri kilatan tidak diwajibkan banyak hafalan. Masa belajar bagi santri kilatan antara 1 minggu s.d. dua bulan saja. Nama Al-Falah diambil dari nama pesantren Matholiul Falah, tempat dia pernah menjadi santri. Secara tidak resmi, Darul Falah ada sejak Taufiqul Hakim lulus dari Pesantren. Awalnya Tufiqul hakim menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam atau syair dalam kitab Alfiyah yang disebut-sebut sebagai babonnya gramatikal arab itu tidak semuanya digunakan dalam praktek membaca kitab kuning. Dia menyimpulkan bahwa dari 1000 nazham Alfiyah yang terpenting hanya berjumlah sekitar 100 sampai 200 bait, sementara nazham lainnya sekedar penyempurna. Dengan bekal hafalan dan pemahamannya terhadap kitab Alfiyah, dia mulai menyusun metode Amtsilati. Penyusunan tersebut dia mulai dari peletakan dasar-dasarnya kemudian terus berkembang sesuai kebutuhan. Amtsilati memberi rumusan berpikir untuk memahami bahasa Arab. Di sana ada rumusan sistematis untuk mengetahui bentuk atau posisi satu kata tertentu. Hal ini dapat dilihat pada rumus utama isim dan fiil atau tabel. Lalu juga ada rumus bayangan dhamr untuk mengetahui jenis atau kata tertentu; penyaringan melalui dzauq (sensitivitas) dan siyqul kalm (konteks kalimat). Sebelum memasuki praktek, Amtsilati telah memberi rambu-rambu mengenai kata-kata yang serupa tapi tak sama (homonimi: homografi, homofoni). Kata-kata yang serupa ini bisa terjadi dari beberapa kemungkinan: isim; fiil madhi; fiil mudhari; fiil amar; isim fiil; huruf; dhamr; isyrah; maushal; dan lainnya. Rumus selengkapnya terangkum dalam buku Tatimmah 1 hal. 3-7, 10, 12, 15-34. Kelebihan Amtsilati adalah peletakan rumus secara sitematis, dan penyelesaian masalah gramatikal Bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan. Selain itu, rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu Rumus Qaidati dan Khulashah Alfiyah. Diharapkan, para pemula tidak perlu bersusah-susah mempelajari bahasa Arab selama 3 sampai 9 tahun; cukup 3 sampai 6 bulan saja.


B.     Pengertian Metode Amstilati
Jika dalam metode Qiroati orang bisa belajar membaca Al-Quran dengan cepat, maka dengan metode Amtsilati orang akan dapat membaca dan memahami kitab gundul-kitab tanpa harakat.
Pengertian metode Amtsilati, secara lughowi metode dalam bahasa Arab yang berarti jalan, cara. Radliyah Zaenuddin mendefisikan metode adalah rencana yang menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi secara teratur, di mana tidak ada satu bagian yang lain dan kesemuanya berdasarkan atas approach (pendekatan) yang telah ditentukan sebelumnya (Radliyah Zaenuddin, 2005: 31). Dari definisi tersebut dapat disebutkan bahwa metode merupakan suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan proses pembelajaran.
Sedangkan Amtsilati berasal dari kata ‘amstilah’ yang artinya beberapa contoh dan akhiran "ti" itu sendiri diambil dari kata Qira'ati. Jadi yang dimaksud metode Amtsilati yaitu suatu alat, cara atau rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab Amtsilati di mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami Qawa’id dengan baik. Kitab Amstilati merupakan kitab yang berisikan materi pelajaran yang terprogram dengan penulisan sistematis untuk belajar membaca kitab kuning bagi pemula yang dilaksanakan dengan intensif dalam jangka 3-6 bulan. Kitab tersebut membahas tentang Qawa'id (nahwu dan sharaf), di mana kitab tersebut disusun mengingat pentingnya belajar ilmu Qawa'id (nahwu dan sharaf) serta sulitnya mempelajari ilmu tersebut. Penyusunan kitab Amtsilati ini tidak lepas dari penyusunan metode Amtsilati.
Kelebihan Metode Amtsilati  ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode Amtsilati ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Peletakan rumus disusun secara sistematis.
b.      Contoh diambil dari Quran dan Hadist.
c.       Siswa dituntut untuk aktif, komunikatif, dan dialogis.
d.      Siswa dapat menjadi guru bagi teman-temannya.
e.       Penyelesaian gramatika bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan.
f.       Rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu rumus qa’idah dan khulasoh alfiyah.
Dengan pembelajaran model klasikal ini, proses belajar mengajar berlangsung efektif dan kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Selain itu, dengan jumlah kelompok yang ideal, seorang guru dapat memantau langsung kemampuan santri masing-masing. Walaupun kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal, tetapi pembelajaran ini lebih menekankan pada kemampuan individual dalam menguasai kompetensi (materi) yang dipersyaratkan.
Dalam pembelajaran individual ini setiap santri diberi kesempatan untuk menguasai Amtsilati sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Dengan kata lain, santri harus aktif dalam mengikuti pelajaran serta tidak boleh bergantung pada orang lain. untuk memperlancar PBM, tugas guru hanya mengarahkan, membimbing dan meluruskan santri jika melakukan kesalahan dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari.  Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, pembelajaran di sini juga sangat memperhatikan perbedaan kemampuan santri dalam mengikuti PBM. Dalam hal ini, misalnya seorang santri yang belajar Amtsilati dengan melihat atau membaca khulasoh. Karena materi Amtsilati diperbanyak dengan contoh-contoh, maka dengan sendirinya santri akan hafal materi pada khulasoh sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, adanya kegiatan setoran khulasoh juga sangat mendukung bagi santri untuk cepat menghafalkan materi sesuai dengan kecepatan dan kemampuan mereka masing-masing.
Dengan demikian, ketika santri sudah menguasai materi yang telah disampaikan, maka santri boleh mengajukan diri untuk dinilai (diuji) kompetensinya kapan saja bila mereka telah siap. Hal ini akan menguntungkan santri yang memiliki kemampuan lebih (pandai) karena ia boleh diuji lebih dulu setelah menguasai materi. Jika ia lulus, maka ia dapat melanjutkan ke jilid selanjutnya sehingga ia dapat khatam lebih cepat dibandingkan santri yang lain. adapun untuk santri yang lamban dalam menerima pelajaran dan tidak lulus ujian, ia berkesempatan untuk belajar lagi sampai ia dapat lulus pada jilid tersebut. Dengan demikian ia akan matang dalam memahami materi pelajaran. Dari uraian di atas dapat difahami, bahwa pembentukan kelompok belajar dalam pembelajaran Amtsilati ini sangat fleksibel karena bagi mereka yang telah lulus ujian dapat pindah ke kelompok belajar yang lain untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.

2.      Memahami Al Quran Dengan Makna Tamyiz
Bermula dari uji coba metode yang dilakukan Abaza terhadap beberapa anak yang outputnya berhasil menerjemahkan Al-Qur’an secara mandiri dengan cepat, sepulangnya Ust. M.S. Kaban berziarah dari maqbarah Al-Imam Al-Syafi’I beliau mengamanatkan kepada Abaza untuk mendalami risetnya tentang metode cepat tarjamah Al-Qur’an dan mebaca kitab kuning. Didorong oleh semangat untuk menghadirkan kembali generasi emas Imam Syafi’I di tengah-tengah umat Islam, berbagai uji coba dan penggalian sumber melalui kegiatan mengutak-atik teori-teori baku nahwu dan sharaf pun dilakukan dan walhasil lahirlah metode TAMYIZ. Secara definitive bisa digambarkan melalui visi besarnya yaitu metode mudah, cepat, dan menyenangkan untuk pintar mnerjemahklan Al-Qur’an dan membaca Kitab Kuning (Turats) secara mandiri dalam kurun waktu 100 Jam.
Lebih detail lagi Abaza menjelaskan bahwa Tamyiz merupakan lembar kerja (worksheet) tentang formulasi teori dasar Quantum Nahwu-Sharaf yang dalam pembelajaran Bahasa Arab bisa dikategorikan pada Arabic for Specific Purpose (ASP) dengan target sangat sederhana yaitu sedari kecil anak SD/MI dan pemula mubtadi’in) mampu menerjemahkan Al-Quran dan membaca Kitab kuning.
Dan Metode TAMYIZ ini mulai di-launching oleh pemilik hak ciptanya (ABAZA) pada gelaran Pesta Buku Jakarta persisnya tanggal 4 Juli 2009. Untuk memantapkan validitas metode yang baru saja diluncurkan setelah “matur” kepada K.H. Dr. Akhsin Sakho, Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an yang juga menjabat sebagai Sekretaris Lajnah Pentashih Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indoinesia beliau bersedia menguji sahih metode ini kepada beberapa anak usia 7 -12 tahun yangvtelah dibina selama 12 hari pada tanggal 10 Januari 2010.
Tamyiz adalah metode pembelajaran yang mudah, praktis, dan menyenangkan untuk dapat menterjemahkan  Alquran dan kitab Kuning. Menurut Zaun metode Tamyis dapat dipelajari sedini mungkin bahkan mereka yang berusia SMP ke atas dapat menterjamahkan Alquran dan kitab Kuning hanya dalam waktu dua pekan.  Dengan Metode Tamyiz ini seseorang akan dengan mudah langsung bisa membaca sekaligus menguraikan kosa kata atau struktur kata yang terdapat dalam Qur’an ataupun kitab-kitab berbahasa Arab.
Bahkan di Pesantren Bayt Tamyiz Indramayu milik Ustad Zaun, anak SD/MI & para pemula, telah teruji dalam kurun waktu dua pekan sejak kedatangan mereka bisa menterjemahkan  Alquran  dan kitab Kuning dengan benar sesuai kaidah bahasa Arab sebagaimana santri yang belajar membaca kitab Kuning 3-4 tahun di pesantren pada umumnya.  Mimpi terbesar Tamyis adalah setiap muslim mampu membaca dan memahami artinya.
Hal yang seharusnya dihayati oleh siapapun yang akan mempelajari Alquran adalah garansi yang telah disampaikan oleh Allah sendiri dalam Alquran surat Alqomar :17. Dimana Alquran adalah sebuah kitab yang bukan hanya mudah tetapi sangat sangat mudah bagi siapapun yang ingin mempelajarinya.
Metode pembelajaran Tamyiz berbeda dengan metode bahasa arab lain yang targetnya adalah mempelajari segala hal tentang bahasa arab, TAMYIZ hanya memformulasikan teori dasar nahwu dan shorof melalui pembelajaran yang mudah dengan target sederhana yaitu pintar tarjamah saja.
Cara mengajarkan TAMYIZ menganut prinsip :الطريقة أهم من المادة
Cara (mengajar) lebih penting dari materi (yang diajarkan).Cara belajar mengajar TAMYIZ mempunyai ciri khusus :
1.      LADUNI (ilate kudu muni); santri harus mengeraskan suaranya (sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan penggunaan potensi otak kanan dan otak kiri secara seimbang, sehingga hasil belajar akan lebih optimal).
2.      SENTOT (santri TOT); model belajar santri adalah model ustadz yang sedang mengajar santri : Insya Allah santri otomatis bisa mengajarkan TAMYIZ kepada orang lain  (konsep START FROM THE END).
3.      MUDAH; proses pembelajarannya harus dirasakan mudah oleh santri (Materi TAMYIZ 1 & 2 bisa dipelajari santri yang bisa membaca Qur’an walau sama sekali tidak mengerti tarjamah bahasa arab, materi TAMYIZ 3 bisa dipelajari setelah tamat TAMYIZ 1 & 2)
4.      CEPAT & TEPAT; santri langsung dituntun belajar tarjamah Qur’an dan kitab kuning (santri hanya belajar formulasi teori nahwu shorof sesuai keperluan untuk pintar menterjemah saja).

Kegagalan mayoritas umat Islam yang tidak bisa membaca maupun memahami Alquran karena mereka memiliki keyakinan bahwa Alquran susah untuk dipelajari dan difahami, sehingga mereka benar benar menemui kesulitan dalam mempelajarinya. Padahal dewasa ini sudah sedemikian banyak metode metode praktis yang akan memudahkan bagi siapapun yang sungguh sungguh ingin belajar termasuk dengan metode Tamyis.
Sehingga paradigma yang harus dikembangakan adalah mempelajari Quran dengan metode yang mudah bukan sebaliknya. Mempelajari Quran dengan metode Quran bukan dengan metode bahasa Arab. Karena belum tentu orang yang bisa berbahasa Arab mampu memahami Alquran tetapi ajaibnya orang yang bisa memahami Quran bisa dengan mudah mempelajari bahasa Arab. Selanjutnya menyadari bahwa sebetulnya mempelajari Alquran bukan dengan akal saja tapi dengan hati.
Dewasa ini kebanyakan orang tua akan bangga bila anaknya mampu membaca Alquran atau bahkan mampu menghapalnya. Kebanyakan orang tua akan lebih bangga lagi jika bisa anakanya bisa juara Musabaqoh Tilawatil Quran. Padahal phenomena tersebut bisa menjadi sumber problematika yang sangat serius ketika seseorang hanya bisa membaca tanpa mengetahui maknanya. Seharusnya yang dikembangkan adalah mampu membaca/ menghapalkannya, mampu memahami terjemahannya, dan mampu mengajarkannya kepada orang lain.
Uniknya nama Tamyiz diambil dari nama guru Ustad Zaun sendiri. Dimana Ia telah memberikan  pengaruh besar dalam hidupnya dari kecil hingga saat ini. Selain modul Tamyiz Zaun juga telah merilis Kaw Kaban yaitu kamus Tamyis. Kaw Kaban diambil darinama gurunya yang tak lain adalah MS Kaban mantan menteri Kehutanan RI. Sedangkan yang akan segera di rilis adalah sebuah kamus Fathul Qorib yang akan ia beri nama Masihu.
Masihu adalah nama tengah dari nama Rektor Unissula yakni Prof Dr Laode Masihu Kamaluddin. Digunakannya nama Masihu tersebut bukan sebuah hal yang berlebihan mengingat Zaun adalah murid  Laode Masihu Kamaluddin ketika kuliah dulu. Dimana Zaun sangat mengagumi kepribadian dan pemikiran pemikiran Masihu Kamaluddin. Bahkan Zaun mendapat wejangan khusus agar membuat karya yang bisa merubah dunia.
Dalam perjalanananya Zaun justru dianggap tidak berkembang dan membuat marah Masihu Kamaluddin, dimana kemarahan itu berlangsung lebih dari 17 tahun. Sebuah situasi yang tentunya sangat  membuat ia sangat tersiksa dimana di marahi seseorang yang sangat dikaguminya.
Momen untuk mendapat tempat di hati gurunya kembali bersinar ketika ia menemukan metode Tamyis dan ia mengabarkan hal tersebut kepada Masihu Kamaluddin. Sebuah prestasi yang membuat gurunya bangga dimana muridnya bisa membuat karya yang sangat penting bagi dunia pendidikan.
Dalam waktu dekat Tamyis akan mengadakan kerjasama dengan ICMI untuk mensukseskan misi pemahaman Alquran di Indonesia dan  Unissula juga akan berperan penting di dalamnya.

3.      Perbedaan Dan Persamaan Metode Amstilati Dengan Tamyiz
Metode Amtsilati yaitu suatu alat, cara atau rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab Amtsilati di mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami Qawa’id dengan baik. Kitab Amstilati merupakan kitab yang berisikan materi pelajaran yang terprogram dengan penulisan sistematis untuk belajar membaca kitab kuning bagi pemula yang dilaksanakan dengan intensif dalam jangka 3-6 bulan. Kitab tersebut membahas tentang Qawa'id (nahwu dan sharaf), di mana kitab tersebut disusun mengingat pentingnya belajar ilmu Qawa'id (nahwu dan sharaf) serta sulitnya mempelajari ilmu tersebut. Penyusunan kitab Amtsilati ini tidak lepas dari penyusunan metode Amtsilati.
Metode Tamyiz adalah sebuah cara baru dalam belajar bahasa Arab atau bahasa Al-Qur'an. Metode ini didedikasikan bagi umat Islam yang ingin dalam jangka waktu cepat mampu menerjemahkan al-Qur'an 30 juz. Pelatihan telah dilakukan di banyak tempat, baik bagi peserta umum maupun bagi calon pengajar (TOT)
TAMYIZ adalah buku lembar kerja (worksheet) tentang formulasi teori dasar kuantum nahwu-shorof yang masuk dalam katagori Arabic for Special Purpose (ASP) dengan target sangat sederhana yaitu pintar tarjamah Qur’an. METODE TAMYIZ sudah launching di panggung utama PESTA BUKU JAKARTA, Istora Senayan Jakarta  pada tanggal 4 juli 2009.
Sebagai sebuah hasil riset panjang dan akan disebarluaskan untuk masyarakat, baik untuk muslim di Indonesia maupun muslim di seluruh dunia, maka TAMYIZ telah tercatat sebagai produk intelektual dengan HAK CIPTA No. 016445 Tanggal 05 Mei 2010.
Keunggulan metode tamyiz menurut Nasrullah karena cara belajarnya dengan pendekatan seni (bernyanyi) dan game (permainan). Sehingga para santri lebih enjoy karena belajarnya tidak kaku. Selama ini saat belajar kitab kuning sering kali para santri megantuk. Ada pula yang mengelak dengan bolos dan berbagai alas an lain.
Namun, setelah diterapkannya metode Tamyiz para santri tampak menyenangi sehingga untuk belajar malah mereka yang meminta. Metode tamyiz tersebut belajar seperti orang berdalail khairat dengan lagu-lagu.
Persamaan dari kedua metode diatas adalah sama-sama metode dalam mempelajari Al Qur’an dilihat dari segi makna atau artinya. Metode diatas juga sama-sama berlandaskan tentang nahwu-shorof, tidak hanya asal-asalan dalam memaknai sebuah Al Qur’an.



BAB  III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
              Metode Amtsilati yaitu suatu alat, cara atau rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab Amtsilati di mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami Qawa’id dengan baik. Kitab Amstilati merupakan kitab yang berisikan materi pelajaran yang terprogram dengan penulisan sistematis untuk belajar membaca kitab kuning bagi pemula yang dilaksanakan dengan intensif dalam jangka 3-6 bulan. Kitab tersebut membahas tentang Qawa'id (nahwu dan sharaf), di mana kitab tersebut disusun mengingat pentingnya belajar ilmu Qawa'id (nahwu dan sharaf) serta sulitnya mempelajari ilmu tersebut. Penyusunan kitab Amtsilati ini tidak lepas dari penyusunan metode Amtsilati.
              Tamyiz adalah metode pembelajaran yang mudah, praktis, dan menyenangkan untuk dapat menterjemahkan  Alquran dan kitab Kuning. Menurut Zaun metode Tamyis dapat dipelajari sedini mungkin bahkan mereka yang berusia SMP ke atas dapat menterjamahkan Alquran dan kitab Kuning hanya dalam waktu dua pekan.  Dengan Metode Tamyiz ini seseorang akan dengan mudah langsung bisa membaca sekaligus menguraikan kosa kata atau struktur kata yang terdapat dalam Qur’an ataupun kitab-kitab berbahasa Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar