METODE PEMBELAJARAN AL QURAN AN-NAHDIYAH
dan AT-TARTIL
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah
pembelajaran Al Quran
Dosen
pengampu Bp. Abdullah Ma’sum S.Pd.i Alh
Disusun
Oleh : Alfian Andriadi
Aunil Iffah
Dewi Aisyah
Laili Khoirotunnida
Usman Akid
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FIK)
UNIVERSITAS SAINS AL QURAN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran
merupakan kitab
suci pegangan umat
islam yang mesti
diajarkan melalui pendekatan
pendidikan dari generasi ke generasi. Kewajiban mempelajari dan mengajarkan Al
Quran ini merupakan tanggung
jawab bersama bagi memastikan
generasi penerus yang nantinya
akan senantiasa
menjadikan Al Quran sebagai pegangan hidup mereka. Pendekatan pembelajaran Al Quran mesti diselaraskan dengan inovasi baru,
mudah dipahami, menyenangkan
dan efisien
sehingga murid atau
pelajar senaniasa berminat
mempelajari Al Quran tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa meode
pembelajaran Al Quran An Nahdliyah
2.
Apa meode
pembelajaran AL Quran At Tartil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode An-nahdliyah
1.
Sejarah Metode An-Nahdliyah
KH.
Munawwir Kholid merupakan tokoh central berdirinya Metode An- nahdliyah. Metode An-nahdliyah lahir karena keprihatinan Beliau melihat anak-anak kecil di kampug tempat tinggalnya termasuk putra putri Kiai yang belajar Al Quran tanpa menggunakan metode dari kultur pesantren. Oleh sebab itu berdirilah metode
An -nahdliyah.
Dalam mendirikan metode ini tidak semudah membalikkan
tangan,
jerih payah dan berbagai macam rintangan yang menguji kesabaran dan ketulusan Beliau dapati, tepatnya ketika para pengurus PCNU dan Jam’iyaul
Qurra’ wal Huffadz Tulungagung
yang meragukan metode
ini akan berkembang luas.
Namun, berkat kegigihan KH. Munawwir akhirnya dalam waktu yang relatif panjang, terbentuklah metode An-Nahdliyah. Dalam perjalanannya An-Nahdliyah sempat berganti nama sebanyak tiga kali, pertama
:
bernama metode
cepat baca Al Quran
Ma’arif (disusun oleh PCNU Tulungagung
pada tahun 1985).
Kedua : bernama metode cepat baca Al Quran Ma’arif Qira’ati (dengan meminta ijin muallif Qira’ati untuk diceak). Dan ketiga : bernama metode cepat baca Al Quran Ma’arif An-Nahdliyah (mulai diceak pada ahun 1991). Adapun tempat yang sering digunakan untuk membahas format perkembangan An-Nahdliyah adalah mushola lembaga ma’arif Tulungagung.
Sebelum
metode ini bernama
An-Nahdliyah, pada
suatu ketika atas petunjuk setelah bermunajat kepada Allah, Kyai Munawwir Kholid berjalan ke arah utara yang pada akhirnya Beliau bertemu dengan Kyai Syamsu D luha.
Dari pertemuan
itu, terjalinlah ikatan persaudaraan yang kuat diantara keduanya yang pada akhirnya
menghasilkan beberapa materi,
rumusan-rumusan
yang menjadi bahan penyusunan kitab
metode cepat, tanggap
belajar Al Quran An-
Nahdliyah. Dengan dibantu
oleh Kyai
Syamsu Dluha
dan kyai-kyai
lain akhirnya Kyai
Munawwir Kholid
menggagas dengan membuat
meode baru. beliau bersama
sahabat-sahabat meembentuk tim perumus yang beranggotakan antara lain:
1)
Kiai Munawwir Kholid
2)
Kiai Manaf
3)
Kiai Mu’in Arif
4)
Kiai Hamim
5)
Kiai Masruhan
6)
Kiai Syamsu Dluha
Akhirnya dari tim pengurus yang diketuai oleh Kiai Munawwir Kholid ini berhasil dirumuskan satu metode yang diberi nama “ Cepat Tanggap Belajar Al -Quran An Nahdiyah
“. Metode ini dibagi
dalam enam jilid untuk
santri PBP (Program
Buku Paket)
yang kemudian dilanjukan pada jenjang PSQ (Program Sorogan Al-Quran). Metode ini mempunyai ciri khas ketika mengajar menggunakan ketukan dengan tongkat penyentuh jiwa, serta membiasakan wirid yaumiyyah bagi para
ustadz pengajar
agar proses pembelajaran dimudahkan oleh Allah SWT.
Lahirnya
metode ini didasari oleh beberapa pertimbangan, diantaranya:
·
Kebutuhan terhadap metode yang cepat dapat diserap oleh
anak dalam belajar membaca Al-Quran sangat dibutuhkan, karena padatnya kegiatan
yang dimiliki oleh hampir setiap anak yang sedang menempuh jenjang pendidikan
formal.
·
Kebutuhan terhadap pola pembelajaran yang berciri khas
Nakhdhiyin dengan menggabungkan nilai salaf dan metode pembelajaran modern.
·
Pembelajaran di TPQ terkait dengan pasca TPQ, sehinggan
keberhasilan di TPQ akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di Madrasah
Diniyah serta pemahaman-pemahaman ilmu-ilmu agama yang lebih luas.[1]
2. Pembahasan Metode
An-Nahdhiyah
Metode
an-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang muncul di daerah
Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini merupakan metode pengembangan dari metode
Al-Baghdadi, maka materi pembelajaran Al-Qur’an metode
An-Nahdhiyah tidak jauh berbeda dengan metode Qiraati dan Iqra. Pembelajaran
metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan
ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur’an pada metode ini lebih menekankan
pada kode “Ketukan”.[2]
Dalam
pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh para
santri, yaitu:
a)
Program buku
paket (PBP), yaitu program awal sebagai dasar pembekalan untuk
mengenal dan memahami serta mempraktekkan membaca Al-Qur’an yang dipandu
dengan buku paket “ Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdhiyah” sebanyak enam
jilid yang dapat ditempuh kurang lebih enam bulan.
b)
Program sorogan Al-Qur’an (PSQ), yaitu progam
lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca
Al-Qur’an sampai khatam 30 juz. Pada
program ini santri dibekali dengan
sistem bacaan ghoroibul Quran, dan untuk menyelesaikanya diperlukan waktu
sekitar sepuluh bulan.
Dalam metode PSQ materi
pengajaranya ada dua, yaitu:
a) Materi pokok, yaitu membaca Al-Quran dengan sistem bacaan
tartil, tahqiq dan tadarus taghonni.
b) Materi Tambahan, meliputi:
·
Praktik wudhu
dan salat
·
Hafalan bacaan
salat dan doa-doa
·
Hafalan surat
pendek
·
Menulis huruf
Al-Quran dan angka arab
·
Ahlak dan
tauhid yang disusun dalam bentuk kisah.
Dalam metode pembelajaran
An-Nahdhiyah buku paketnya
tidak dijual bebas. Bagi yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru
pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdliyah.Adapun
syarat-syaratnya adalah:
1. Mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar
2. Mampu menyampaikan materi kepada santri
3. Memiliki kemampuan dan loyalitas tinggi terhadap Al-Quran
4. Harus sudah mengikuti penataran calon guru metode
An-Nahdhiyah
Ciri khusus metode An-Nahdhiyah, adalah:
1. Materi pelajaran disusun secara berjenjang dalam buku
paket 6 jilid
2. Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan
pemantapan makharijul huruf dan sifatul huruf
3. Penerapan qaidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan
dipandu dengan titian murotal
4. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal
untuk tutorial dengan materi yang sama agar
terjadi proses musafahah.
5. Evaluasi dilaksanakan secara kontiyu dan berkelanjutan
6. Metode ini merupakan pengembangan dari Qaidah Baghdadiyah
B.
Metode At-Tartil
1. Sejarah Metode
At-Tartil
Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang lebih
praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diperkenalkan oleh Hj.
Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah Ilmu Al-Qur’an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-Qur’an “STAI-PIQ”
Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998. Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan
Praktis Membaca Al-Quran”
Metode ini terdiri dari dua siri, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I
adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf berbaris
satu, sukun, musyaddah dan tanwin.
Tartil
II adalah untuk memandu murid/pelajar mempelajari Mad, Ghunnah, dan Waqaf wal
Ibtida’. Pembelajaran
dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam), murid/pelajar hanya
memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari kedua siri metode Tartil tersebut. Proses pembelajarannya
mengaktifkan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid.
mengaktifkan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid.
Adapun
aturan-aturan dalam pembelajaran Al-Quran metode ini adalah, meliputi:
a)Penerapan metode At-Tartil harus
dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah mendapatkan
syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ. Sedangkan dalam penerapan Metode
At-Tartil ini dalam setiap Jilidnya
terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai evaluasinya.
terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai evaluasinya.
b)
Kedua, upaya
yang dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan pembelajaran
baca tulis al-Qur’an adalah dengan adanya
pembinaan dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ. Dalam bacaan At-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat
hasilnya pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan oleh orang tuanya di rumah.
pembinaan dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ. Dalam bacaan At-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat
hasilnya pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan oleh orang tuanya di rumah.
Diadakannya
imtihan setiap tahun dan
diadakannya imtas bagi yang
sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang ada di jilid 6).
Ø
Faktor pendukung dan penghambat dalam
pembelajaran baca tulis
metode At-Tartil
metode At-Tartil
·
Faktor Pendukungnya yaitu adanya kurikulum,silabus, modul materi penunjang yang sudah tersusun lengkap dari pembelajaran metode At-Tartil tersebut, kualitas ustadz-ustadzah yang sudah layak
mengajar , karena
harus mempunyai syahadah terlebih dahulu sehingga dapat memahami karakteristik dari metode pengajaran
yang digunakan.
Dan cara pengajarannya yang disesuaikan dengan karakteristik
santri, menjadikan
proses pembelajarannya menjadi efektif dan
efisien.
efisien.
·
Sedangkan faktor
penghambatnya adalah pada problematika santri, yang
disebabkan kurangnya dukungan/motivasi dari orang tua terhadap pentingnya
pendidikan wawasan Al-Qur'an, sering terlambat dalam proses pembelajaran Al-
Qur'an berlangsung, perilaku santri yang tidak bisa diam(aktif) dan sering
mengganggu temannya, ramai sendiri, dan tidak memperhatikan guru ketika
mengajar, tidak berdasarkan waktu yang telah ditentukan (sebenarnya 5
menit/anak belajar mengaji), dan semena-menanya ustadz dalam mengajarkan Al-
Qur'an.[3]
disebabkan kurangnya dukungan/motivasi dari orang tua terhadap pentingnya
pendidikan wawasan Al-Qur'an, sering terlambat dalam proses pembelajaran Al-
Qur'an berlangsung, perilaku santri yang tidak bisa diam(aktif) dan sering
mengganggu temannya, ramai sendiri, dan tidak memperhatikan guru ketika
mengajar, tidak berdasarkan waktu yang telah ditentukan (sebenarnya 5
menit/anak belajar mengaji), dan semena-menanya ustadz dalam mengajarkan Al-
Qur'an.[3]
2.
Cara Pengajaran Metode At-Tartil
Terdapat
empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis dan lebih cepat dibanding dengan metode lain,yiaitu:
a)Materi
diberikan dalam bentuk lisan dan tulisan.
b)
Masa yang
diperlukan hanya 27 kali pertemuan untuk Tartil I
dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali
pertemuan 45-60 minit). Dalam masa 4 Bulan murid/pelajar
Insya Allah mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Masa 4 bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi,
sekiranya ada diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.
c)Adanya
materi wajib yang harus diberikan yaitu Seni Tartilul Qur’an.
d)
Adanya materi menulis
ayat al-Quran dengan baik yang telah disediakan lansung dalam buku
yang digunakan.
Satu kali pertemuan
murid/pelajar diajarkan 1 hingga 3 huruf hijayyah, dimulai dari Surat Al-Baqarah dan seterusnya. Murid tidak
dibenarkan melanjutkan materi, sekiranya mereka belum dapat mengenal dan
melafazkan huruf-huruf tersebut dengan betul. Murid/pelajar disuruh
mengulang kembali materi-materi yang dipelajari, diantaranya menulis huruf yang
telah dipelajari. Dan panduan cara menulis huruf dan ayat al-Qur’an telah
disediakan dalam buku (Rujuk panduan Tartil I dan II). Guru lansung membimbing
murid bagaimana cara menulis huruf hijayyah dengan baik dan benar. Keunggulan
pada materi Lisan, guru dijadikan sebagai asas dalam
pembelajaran. Guru membimbing untuk pengucapan huruf asas hijayyah sesuai
dengan makhrajnya. Guru menuntun murid untuk membaca dengan berlagu apabila
murid/pelajar telah mulai
belajar huruf-huruf berbaris. Untuk
lebih mengukuhkan murid-murid mengingat huruf-huruf dan meteri yang dipelajari,
setiap kali pertemuan murid diberikan tugas dan evaluasi yang menyeronokan.
Selanjutnya mereka juga diberikan tugasan untuk mereka kerjakan di rumah.
Tugas-tugas tersebut tidak
membebankan murid/pelajar, malah mereka merasa seronok mengerjakanya, menunjukkan
mereka bertambah faham dengan huruf-huruf dan materi yang dipelajari. Kemudian tugas-tugas tersebut di evaluasi
secara bersama-sama dengan murid/pelajar yang lain. Kaedah ini lebih
memperkukuhkan lagi materi-materi yang telah mereka pelajari.
Dalam
pembelajaran, guru menunjukkan cara membaca Al-Qur’an dengan
seni, sehingga pelajar/murid lebih mudah mempraktekkan ilmu tajwidnya, karena
mereka ditunjukkan cara membaca dengan irama tartil. Melalui irama Tartil
murid/pelajar dapat belajar cara membaca Al-Qur’an mengikut kaedah yang betul,
sebagaimana layaknya membaca Al-Qur’an tersebut.
Membaca dengan seni menjadikan
bacaan terdengar lebih indah dan merdu. Saat murid/pelajar membaca suatu
surat dalam al-Qur’an murid/pelajar lain berkesempatan untuk mendengar dan
memperhatikan bacaan kawan mereka, sehingga pembelajaran jadi menyenangkan dan tidak membosankan.[4]
MGM Resorts World Las Vegas Casino Opens In New Jersey
BalasHapusMGM 전라남도 출장안마 Resorts 광주 출장마사지 World Las Vegas Casino 보령 출장안마 is the first resort in New Jersey 오산 출장안마 to fully open its doors to 삼척 출장샵 the general public, marking the first phase of